Merencanakan keuangan Anda tidak hanya mencakup pendapatan, pengeluaran, dan tabungan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai aset yang Anda miliki dan tidak dapat diabaikan. Misalnya, untuk aset properti atau rumah, dengan dibangunnya fasilitas umum di daerah sekitarnya, nilai aset tersebut bisa meningkat. Contoh lain adalah nilai tukar yang fluktuatif yang dapat membuat penghematan dalam perubahan mata uang asing.
Salah satu faktor yang memiliki dampak signifikan dan tidak dapat dihindari dari segi nilai uang adalah inflasi. Inflasi harus diperhitungkan ketika membuat perencanaan keuangan, termasuk perencanaan keuangan rumah tangga. Inflasi menyebabkan harga barang dan jasa konsumen naik, sehingga anggaran belanja juga akan meningkat. Meningkatkan pengeluaran dapat mengurangi anggaran tabungan rutin dan berpotensi mengganggu rencana keuangan di masa depan. Tanpa memperhitungkan inflasi, perencanaan keuangan keluarga mungkin tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Apa Itu Inflasi?
Bank Indonesia mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dari waktu ke waktu. Perhitungan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap tujuh kelompok pengeluaran: makanan, makanan/minuman/tembakau olahan, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan olahraga, serta transportasi dan komunikasi. Data pengelompokan ini diperoleh melalui Survei Biaya Hidup (SBH).
Ada Beberapa Penyebab Inflasi, yaitu:
- Peningkatan pasokan (cost push inflation) yang disebabkan oleh depresiasi, peningkatan biaya produksi, dampak inflasi dari negara lain terutama mitra dagang, kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah (administered price), dan penurunan pasokan secara tiba-tiba.
- Jenis inflasi ini terjadi ketika total permintaan barang dalam suatu ekonomi melampaui kapasitas produksi, yang mengakibatkan kekurangan barang-barang tertentu.
- Kombinasi dari peningkatan permintaan dan penawaran.
- Tingkat inflasi adalah ketika orang mengharapkan perubahan di masa depan dan mencoba beradaptasi. Misalnya, kenaikan harga barang sebelum hari libur meski stoknya cukup.
- Ketika jumlah uang yang beredar meningkat, nilai uang menurun dan harga barang meningkat.
Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin tinggi harga barang dan jasa di pasar, sehingga melemahkan daya beli konsumen. BPS mencatat tingkat inflasi Indonesia sejak Januari hingga Juni 2022 sebesar 3,19% atau 4,35% dibandingkan data Juni 2021. Meski ini merupakan angka tertinggi Indonesia sejak 2015, angka ini dinilai wajar jika dibandingkan dengan negara lain, namun tetap berdampak pada masyarakat.
Menyiasati Dampak Inflasi
Tekanan inflasi yang paling nyata adalah meningkatnya biaya hidup. Anggaran rumah tangga bisa membengkak, terutama dengan kenaikan harga pangan dan bahan bakar. Oleh karena itu, yang perlu segera dilakukan adalah mengkaji ulang anggaran rumah tangga untuk melihat apakah masih relevan dalam kondisi saat ini.
Kita juga perlu melakukan penyesuaian dalam pengeluaran waktu luang kita, seperti pergi ke restoran atau kedai kopi, menonton film atau bepergian. Ini akan membantu kami mengurangi anggaran tanpa harus menghapus kegiatan ini sepenuhnya.
Untuk meminimalisasi dampak inflasi, Anda dapat melakukan beberapa hal di bawah ini;
1. Mulai berhemat
Lacak setiap pengeluaran dan identifikasi mana yang dapat mengurangi anggaran mereka karena mereka bukan prioritas. Sedikit tingkatkan jumlah pengeluaran yang Anda rencanakan untuk mengakomodasi kemungkinan kenaikan harga di masa depan. Jika Anda sudah memiliki asuransi, evaluasi kembali polis Anda. Jika polis Anda saat ini melebihi kebutuhan Anda, hubungi agen Anda untuk mengubah ke jenis perlindungan yang lebih sesuai. Yang terpenting, selalu nilai situasi keuangan Anda dan sesuaikan gaya hidup Anda.
2. Meningkatkan pemahaman finansial
Anda tidak perlu melalui sekolah formal atau mengambil kursus untuk belajar tentang keuangan—akhir-akhir ini, ada banyak materi yang tersedia di media sosial yang dapat membantu Anda mengelola anggaran rumah tangga Anda. Mengikuti tingkat inflasi nasional atau memahami cara berinvestasi dengan aman keduanya penting untuk menjalankan rumah tangga. Pendidikan dasar di bidang keuangan dapat melindungi Anda dari risiko yang ditimbulkan oleh perubahan ekonomi yang tidak terduga.
3. Membuat rencana cadangan
Jika menabung bukanlah pilihan yang layak untuk rencana jangka panjang Anda, mungkin sudah waktunya untuk mempertimbangkan opsi lain seperti menghasilkan pendapatan tambahan dengan memulai bisnis atau mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji lebih tinggi. Anda juga dapat menunda pembelian aset bernilai tinggi.
4. Berinvestasi
Alih-alih menghemat uang dengan membiarkannya duduk dengan potongan bulanan, saham dan obligasi dapat memberikan lebih banyak keuntungan dalam jangka panjang. Anda dapat memulai dengan investasi berisiko rendah seperti reksa dana jika Anda masih baru dalam hal ini. Deposito juga merupakan pilihan yang baik karena tingkat bunganya lebih tinggi daripada rekening tabungan. Sisihkan sejumlah dana darurat untuk pengeluaran tak terduga yang mungkin muncul tiba-tiba.
5. Menggunakan Asuransi
Banyak orang beranggapan bahwa asuransi dapat mencegah risiko, padahal sebenarnya asuransi adalah perlindungan dari dampak finansial ketika terjadi risiko. Ketika terjadi risiko, asuransi memberikan jaminan bahwa Anda akan mengalami dampak finansial yang minimal dan tetap dapat terus hidup setelahnya. Memiliki perlindungan akan sangat membantu Anda di saat darurat, terutama ketika inflasi terjadi. Manulife Indonesia menyediakan berbagai jenis asuransi sesuai dengan kebutuhan Anda seperti Manulife Essential Assurance yang menjamin bahwa nilai tunainya tidak terpengaruh oleh fluktuasi pasar dan MiUltimate HealthCare yang mampu menggantikan biaya pengobatan di luar negeri meskipun.
Meskipun inflasi tidak selalu dapat diprediksi, Anda harus siap menghadapinya. Saat merencanakan keuangan Anda, ingatlah bahwa masa depan penuh dengan ketidakpastian dan inflasi. Itu sebabnya memiliki rencana keuangan yang dipikirkan dengan matang adalah keputusan yang baik untuk masa depan.